Selasa, 11 Februari 2014

Biografi Gregor Jhohan Mendel



Hallo riders... Apa kbar nihhh?? ^.<

Kali ini tia mau share tentang ilmuwan lagi nihh.. kalian pasti pernah denger  dong sebutan “Bapak Genetika” ?? yup, bener bnget beliau adalah bapak Gregor Jhohan Mendel ,,
Langsung aja yukk..

Cekidhooottt!!! 

GREGOR JHOHAN MENDEL

 
 
Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria. (Sekarang kota itu bernama Hranice wilayah Republik Ceko.) Johann memunyai dua saudara perempuan. Ayahnya adalah seorang petani. Minatnya dalam bidang hortikultura ternyata dimulai sejak dia masih kecil.
Pada Oktober 1843, Johann menjadi murid baru di biara St. Thomas Augustini di Brunn, Moravia (sekarang Brno di Republik Ceko), dengan nama Gregor. Di sini ia mempelajari berbagai ilmu selain hortikultura yang telah diminatinya sejak kanak-kanak di pertanian ayahnya. Biara ini sendiri memiliki kebun raya yang bagus, kebun sayur, kebun buah, peternakan tawon, dan perusahaan susu untuk memenuhi kebutuhan biara. Perpustakaan biara kaya akan buku dan tulisan-tulisan ilmiah mutakhir. Mendel memperoleh kesempatan emas untuk melanjutkan minatnya dalam hortikultura. Selanjutnya, dia memulai kariernya sebagai guru dan terus menekuni ilmu alam di Universitas Vienna dengan melakukan eksperimen untuk menguji gagasan dalam ilmu.
Hukum Mendel
Rasa keingintahuannya yang begitu besar, mendorong beliau melakukan persilangan dan pemurnian pada tanaman kacang ercis. Lewat percobaannya ini ia mendapatkan sebuah kesimpulan yang akhirnya dijadikan sebuah aturan atau hukum mengenai pola pewarisan sifat keturunan yang kini dikenal dengan nama Hukum Pewarisan Mendel.

            Kisah hidup Gregor Mendel tidaklah semulus seperti yang banyak dibayangkan orang. Liku-liku kehidupannya sehingga akhirnya membuahkan sebuah penemuan yang spektakuler dilaluinya dengan penuh liku. Saat menjadi pastor, pada tahun tahun 1850 beliau mengikuti ujian dalam upayanya memperoleh ijazah  guru. Tapi apa hendak dikata, ia gagal meraih ijazah itu, bahkan ia mendapatkan angka terburuk dalam pelajaran biologi.

            Walaupun begitu, sang kepala pastor di biaranya tempat ia bertugas berbaik hati mengirim Mendel ke Universitas Wina. Terhitung dari tahun 1851-1853, dia menempuh ilmu disana dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Dalam pendidikannya itu, Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru yang resmi, akan tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di sekolah modern kota Brunn.

            Walau dalam hal jabatan resmi beliau kurang beruntung, tetapi pada tahun 1856 dia memperlihatkan pengalaman-pengalamannya yang terkenal di bidang pembiakan tumbuh-tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia mampu menemukan hukum keturunannya dan mampu mempresentasikan hasil penemuannya itu di depan perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn.

            Pada tahun 1866,  hasil penyelidikannya itu diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu dengan judul "Experiments with Plant Hybrids." Kertas kerja keduanya diterbitkan kembali oleh majalah yang sama tiga tahun kemudian. Walaupun majalah yang menerbitkan hasil penelitiannya itu bukanlah majalah besar, tetapi majalah itu banyak dikoleksi oleh pelbagai perpustakaan besar.

            Selain itu, Mendel juga mengirimkan satu salinan hasil penelitiannya itu kepada Karl Nageli. Karl Nageli adalah seorang tokoh yang amat disegani di bidang ilmu genetika. Setelah Nageli membaca salinan hasil penelitian Mendel itu, lalu ia membalas kepada Mendel. Akan tetapi ia tidak paham terhadap pentingnya dalam salinan kertas kerja Mendel itu.

            Kertas kerja Mendel itupun terabaikan dan hampir dilupakan orang hampir tiga puluh tahun lamanya. Pada tahun 1866, Mendel ditunjuk menjadi pastor kepala di biaranya. Kesibukan urusan administrasi rutin membuat Mendel hampir kehabisan waktu untuk melanjutkan penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman. Terlebih ketika beliau meninggal tahun 1884 di usia enam puluh satu tahun, penelitiannya itu nyaris dilupakan orang dan dia tak memperoleh pengakuan apa pun untuk penelitiannya itu. Baru pada tahun 1900, tepat 16 tahun setelah meninggalnya Mendel, hasil jerih payah penelitiannya itu kembali diangkat oleh tiga orang ilmuwan dari negara yang berbeda-beda. Mereka itu adalah (1) Hugo de Vries dari Belanda, (2) Carl Correns dari Jerman dan (3) Erich von Tschermak dari Austria.

            Mereka bekerja secara terpisah saat menemukan artikel Mendel. Masing-masing dari mereka sudah punya pengalaman sendiri di bidang botani. Apa-apa yang mereka temukan, ternyata memperkuat pendapat Mendel. Di tahun itu juga, William Bateson, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan pula kertas kerja Mendel yang asli dan segera mengumumkannya kepada kalangan dunia ilmu. Akhirnya, di penghujung tahun 1900-an itu, nama Gregor Mendel mendapat sambutan yang begitu meriah dan mendapatkan penghargaan atas karya-karya beliau yang begitu hebat yang dilakukannya selama masa hidupnya.

Sebenarnya, bukti-bukti apakah sajakah terkait penurunan sifat yang ditemukan oleh Mendel?

Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua jenis organisme hidup terdapat sebuah "unit dasar" yang kini disebut gene yang secara khusus akan diwariskan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, setiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan akan mewariskan satu gene tiap pasang dari setiap induknya.

Kedua, Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Akan tetapi, gen yang berciri lemah tidaklah tdihilangkan dan mungkin akan diteruskan kepada tumbuhan keturunannya.

Ketiga, Mendel menyadari bahwa tiap kegiatan sel atau gamete (mirip dengan sperma atau sel telur pada manusia) berisi hanya satu gene untuk satu pasang. Kembali dia menegaskan, adalah sepenuhnya merupakan suatu kebetulan jika gen dari satu pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.

                Dan Hukum Mendel, meski kini sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan sebuah titik tolak dari kebangkitan ilmu genetika modern saat ini. Dia memilih untuk bidang penyelidikannya itu jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masing-masing sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel seandainya dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa perlu membuat analisis statistik dari pengamatannya.

            Karena faktor contoh-contoh di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah mencatat hasil lebih dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisis hasil-hasilnya, Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya.
Berikut penjelasan tentang “Hukum Mendel” :
HUKUM MENDEL PERTAMA
Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Dia menyatakan bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari) dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut plasma pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciri-ciri yang akan muncul pada keturunan. Sekarang, konsep ini disebut Hukum Mendel Pertama -- Hukum Pemisahan.
Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk "jenis murni" dengan ciri dominan memunyai sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada keturunannya. Induk "jenis murni" dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh karenanya, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan tumbuhan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan dengan ciri terpendam.
HUKUM MENDEL KEDUA
Kemudian Mendel meneliti dua ciri sekaligus, yakni bentuk benih (bundar atau keriput) dan warna benih (kuning atau hijau). Dia menyilang tumbuhan yang selalu menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam tidak muncul dalam keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama memunyai benih kuning bundar. Namun, tumbuhan generasi kedua memunyai empat macam benih yang berbeda, yakni bundar dan kuning, bundar dan hijau, keriput dan kuning, dan keriput dan hijau. Keempat macam ini dibagi dalam perbandingan 9:3:3:1. Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Perbandingan yang sama muncul lagi.
Perbandingan 9:3:3:1 menunjukkan bahwa kedua ciri tidak saling tergantung, sebab perbandingan 3:1 untuk satu ciri bertahan dalam setiap subkelompok ciri yang lain, dan sebaliknya. Hasil ini disebut Hukum Mendel Kedua -- Hukum Ragam Bebas.
Eksperimen Mendel menunjukkan bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel reproduksi jantan dan betina, semua kombinasi bahan genetik dapat muncul dalam keturunannya, dan selalu dalam proporsi yang sama dalam setiap generasi. Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi kemudian, bila ciri dominan tidak ada, ciri terpendam itu akan muncul lagi.
KARYANYA DIAKUI
Mendel meninggal di Brunn pada tanggal 6 Januari 1884 dalam usia 61 tahun. Karya Mendel masih terabaikan selama 35 tahun. Jerih lelahnya itu baru diakui oleh tiga orang ahli botani yang menemukan kesimpulan yang sama dengan Mendel pada tahun 1900. Salah satu peneliti tersebut di antaranya adalah Hugo de Vries, seorang naturalis Belanda. Meskipun karyanya banyak ditemukan dalam literatur ilmiah, baru setelah penyelidikan verifikasi independen ini, karyanya dipublikasikan secara luas dan diterima. Karya Mendel memberikan sumbangan besar terhadap studi ilmu genetika, khususnya studi mengenai fungsi gen dalam keturunan.
PENTINGNYA KARYA MENDEL
Temuan Mendel memunyai implikasi penting. Karyanya membantah adanya percampuran dalam keturunan, yaitu pemikiran bahwa ciri-ciri orang tua diwariskan kepada anak dan kemudian bercampur, lalu diturunkan ke generasi berikut dalam bentuk campuran. Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar; zat genetika yang diwarisi dari orangtua hanya bergabung untuk sementara waktu dalam diri anak, dan dalam generasi berikutnya zat genetik pecah menjadi satuan-satuan yang ada dalam induk aslinya. Dengan kata lain, zat genetika itu sendiri tidak berubah.
            Ketika karya Mendel ditemukan kembali awal tahun 1900-an, reaksi awal para ilmuwan adalah menentang Darwinisme. Dalam bukunya, "Processes of Organic Evolution", G.L. Stebbins membahas "pertentangan keras mengenai hakikat keragaman keturunan dan proses-proses evolusi antara penganut Mendel awal, terutama de Vries dan para naturalis Darwin kontemporer." Baru pada tahun 1920-an, setelah ada modifikasi yang cukup berarti tentang mekanisme evolusi, para ilmuwan mulai menyatakan bahwa evolusi cocok dengan temuan Mendel.
            Penelitian Mendel menunjukkan secara gamblang tentang stabilitas dasar dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang diciptakan, sedangkan kaum evolusionis selama puluhan tahun berupaya untuk memasukkan hal ini ke dalam kerangka Darwin. Karya Mendel tidak mendukung gagasan evolusioner yang mengatakan bahwa satu spesies dapat berevolusi menjadi spesies lain. Dalam hal ini, banyak ilmuwan seperti Isaac Asimov mengatakan bahwa "kelemahan terbesar dalam teori Darwin telah dilengkapi dengan temuan Mendel."
Nahh, gimana?? Udah jelaskan?? J
Tunggu ilmuwan yang lain yahhh... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar